Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

  








Menunggu Jenazah Almarhum Prof Azra, Ahad, 18 September 2022 di rumah Puri Laras II Cipiutat, Tangsel (Foto Dok)

Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

Oleh Shofwan Karim


Azyumardi Azra, lahir di Lubuk Alung, Sumatera Barat, 04 Maret 1955. Menikah dengan Ipah Farihah, dikaruniai 4 anak: Raushanfikri Usada, Firman El-Amny Azra, Muhammad Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra.

Pendidikan yang ditempuhnya meliputi Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada tahun 1982, Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University tahun 1998, Master of Philosophy (MPhil) pada Departemen Sejarah, Columbia University tahun 1990, dan Doctor of Philosophy Degree tahun 1992, dengan disertasi berjudul, The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia : Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama ini the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Tahun 2004 disertasi yang sudah direvisi diterbitkan secara simultan di Canberra (Allen Unwin dan AAAS), Honolulu (Hawaii University Press), dan Leiden, Negeri Belanda (KITLV Press).

Karir di Dunia Akademik dan Birokrasi

Sejak setahun lalu Prof Azra diangkat menjadi Ketua Dewan Pers. Sebelumnya banyak sekali posisi lembaga akademik, dan birokrasi di pegangnya. Pada Desember 2006, Prof Azyumardi Azra, CBE menjabat Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sebelumnya sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 Azyumardi Azra adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Pernah menjadi Wartawan Panji Masyarakat (1979-1985), Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1992-sekarang), Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta, dan Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1998). Ia juga merupakan orang Asia Tenggara pertama yang di angkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia (2004-2009), dan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan (2004-2009).

 

Di organisasi, ia pernah menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta (1979-1982), Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat (1981-1982), Anggota Selection Committee Toyota Foundation & The Japan Foundation (1998-1999), Anggota SC SEASREP (Southeast Asian Studies Regional Exchange Program) (1998), Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) (1998-sekarang), Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS), Anggota the International Association of Historian of Asia (IAHA) (1998-sekarang), Visiting Fellow pada Oxford Centre for Islamic Studies, Oxford University (1994-1995), Dosen Tamu University of Philippines dan University Malaya (1997), External Examiner, PhD Program University Malaya (UM) (1998-sekarang), Anggota Dewan Redaksi Jurnal Ulumul Quran, Anggota Dewan Redaksi Islamika, Pemimpin Redaksi Jurnal Studia Islamika, Wakil Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta, Anggota Redaksi Jurnal Quranic Studies, SOAS/University of London, dan Jurnal Ushuludin University Malaya, Kuala Lumpur.


Selain di dunia dan lembaga akademik, Prof Azyumardi Azra, CBE pernah menjadi deputi pada Kantor Wakil Presiden M Jusuf Kalla pada Periode 2004-2009 dan 20014-2019. Di masa itu mereka menjadi Trio Minang yang menjadi tangan kanan di antara tokoh lain di Kantor Wapres JK. Dua yang lain adalah Deputi H. Syahrul Ujud, S.H, Wako Padang 1982-1992 dan Staf Azyumardi di Kedeputiannya, yaitu Almarhum Dr. Mafri Amir, MA dosen IAIN IB yang hijrah ke UIN Jakarta.

 

Pengamat yang Menjadi Rujukan dan Penulis Produktif


Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ini perlahan namun pasti semakin kokoh sebagai pemikir Islam pembaharu. Pemilik nama Azyumardi Azra yang mempunyai arti mendalam sebagai “ Permata Hijau”, tak kirang telah menulis 18 buku tentang Islam. Koleksi bukunya sudah mencapai sekitar 15.000 judul buku.

 

Menurut pengakuan pria Minangkabau ini, perjalanan hidupnya mengalir begitu saja, seperti air. Sikap intelaktualnya pun bertumbuh alami dari awal seiring dengan komunitas diskusi yang dimasukinya. Ketika masih mahasiswa, komunitas intelektualnya adalah Forum Diskusi HP2M (Himpunan Untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat) Ciputat, kemudian HMI dilingkungan Ciputat, lalu meningkat ke LP3ES, bahkan sampai ke LIPI sebelum melalang buana ke mancanegara. Sekarang daya nalar intelektualnya dibutuhkan di mana-mana sebagai rujukan untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.


Azyumardi Azra kini dikenal pula sebagai Profesor yang ahli sejarah, sosial dan intelektual Islam. Sejak tahun 1998 hingga sekarang dia adalah Rektor pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sejak Mei 2002 lalu berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Pada awalnya. Sesungguhnya Azyumardi tidaklah berobsesi atau bercita-cita menggeluti studi keislaman. Sebab, Dia lebih berniat memasuki bidang pendidikan umum di IKIP. Adalah desakan ayahnya, yang menyuruh Azyumardi masuk ke IAIN sehingga dia kini di kenal sebagai tokoh intelektual Islam Indonesia. Dia lahir dari ayah Azikar dan Ibu Ramlah.

 

Kembali ke Jakarta setelah selesai Program PhD di Columbia University, pada tahun 1993, Azyumardi mendirikan sekaligus menjadi pemimpin redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia dalam bahasa Inggris dan Arab untuk studi Islam di Asia Tenggara. Kembali melalang buana, pada tahun 1994-1995 sebagai Post-doctoral Fellow Southeast Asian Studies pada Oxford Centre of Islamic Studies, Oxford University, Inggris, sambil mengajar sebagai dosen pada St. Anthony College. Azyumardi pernah pula menjadi Professor Tamu pada University of Philippines, Filipina dan University Malaya, Malaysia, keduanya di tahun 1997. Selain itu, dia adalah anggota dari Selection Committee of Southeast Asian Regional Exchange Program (SEASREP) yang di organisir oleh Toyota Foundation dan Japan Center, Tokyo, Jepang antara tahun 1997-1999.

 

Di tahun 2001, Azyumardi Azra memperoleh kepercayaan sebagai Profesor Tamu Internasional pada Departemen Studi Timur Tengah, New York University (NYU). Sebagai dosen dia antara lain memberi ceramah dan kuliah pada NYU, Harvard University (di Asia Centre), serta pada Columbia University. Dia juga dipercaya menjadi pembimbing sekaligus penguji asing untuk tesis dan disertasi di University Malaya, University Kebangsaan Malaysia, University of Leiden, University of Melbourne, Australian National University, dan lain-lain.

 

Cendekiawan dan pakar sejarah Islam ini sangat aktif mempresentasikan makalah pada berbagai seminar dan workshop nasional maupun internasional. Pria yang pernah tercatat sebagai wartawan “Panji Masyarakat” di tahun 1979-1985 ini telah menulis dan menerbitkan buku antara lain berjudul Jaringan Ulama (tahun 1994), Pergolakan Politik Islam (1996), Islam Reformis (1999), Konteks Berteologi di Indonesia (1999), Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (1999), Esei-Esei Pendidikan Islam, dan Cendikiawan Muslim (1999), Renaisans Islam di Asia Tenggara (buku yang memenangkan penghargaan nasional sebagai buku terbaik untuk kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora di tahun 1999, Islam Substantif (2000), Historiografi Islam Kontemporer (2002), Paradigma Baru Pendidikan Nasional (2002), Reposisi Hubungan Agama dan Negara (2002), Menggapai Solidaritas (2002), Konflik Baru Antar Peradaban, Islam Nusantara- Jaringan Global dan Lokal, dan Surau; Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi dan Modernisasi (2003); Shari’a and Politics (2004). Pada tahun 2002, Ia memperoleh award sebagai Penulis Paling Produktif dari Penerbit Mizan.

 

Pehobi jogging dan menonton pertandingan sepak bola ini awalnya menampik sebagai pimpinan kampus, ketika ditunjuk menjadi Pembantu Rektor (Purek) I Bidang Akademik. Namun Dia sadar, adalah kampusnya itu yang telah membentuk kadar intelektualnya, yang telah pula mengirimnya sekolah ke mana-mana sehingga semuanya dianggapnya sebagai utang. Kesediaan menjadi Purek ternyata bermakna lain, menjadi sinyal bagi sejawatnya bahwa jika dipercayakan sebagai Rektor dia pasti tidak bisa menolak. “Itu saya sebut sebagai musibah”, katanya suatu ketika, menanggapi penunjukannya sebagai Rektor.

 

Dia pun lantas memperlebar makna kampusnya, dari IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak Mei 2002 lalu. Perubahan ini disebutkannya sebagai kelanjutan ide Rektor terdahulu Prof.Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis dan toleran. Lulusan yang tidak memisahkan ilmu agama dengan ilmu umum, tidak memahami agama secara literer, menjadi Islam yang rasional bukan Islam yang madzhabi atau terikat pada satu mazhab tertentu saja. Itulah sebabnya, kata pemilik 16 ribu mahasiswa itu, untuk mencapai ide tersebut institusinya harus di benahi agar ilmu umum dan agama bisa saling berinteraksi. Dan satu-satunya cara adalah mengembangkan IAIN menjadi Universitas sehingga muncullah Fakultas Sains, Ekonomi, Teknologi, MIPA, Komunikasi, Matetamtika, dan lain-lain.

 

Azyumardi juga ingin agar wawasan keislaman akademik yang dikembangkannya harus mempunyai wawasan keindonesiaan sebab hidup kampusnya di Indonesia. “Jadi, keislaman yang akan kita kembangkan itu adalah keislaman yang kontekstual dengan Indonesia karena tantangan umat muslim di sini adalah tantangan Indonesia”, ujarnya. Pendekatannya terhadap agama adalah pendekatan yang tidak berdasarkan fanatisme dalam bermazhab dalam memahami agama.


Buku-buku Azyumardi Azra


Allah Yarham Prof Azra sangat produktif menulis. Menurut kolega Azra dari bebagai kalangan beliau bisa menulis makalah dalam waktu amat singkat untuk dikirim ke berbagai kalangan untuk seminar dan pertemuan akademi nasional, regional dan dunia internasional. Begitu pula buku. Pernah meluncurkan 4-6 buku sekaligus. Diperkirakan ada 40-an bukua karya Prof Azra. Sejak dari karya klasik ujung 70-an Merambah Jalan Baru sampai wafat. Menurut Azra Detik.Com  ada 17 buku karya Azra sejak 1994 . Di antaranya adalah, 


1. Jaringan Ulama, terbit tahun 1994
2. Pergolakan Poitik Islam, terbit tahun 1996
3. Islam Reformis, terbit tahun 1999
4. Konteks Berteologi di Indonesia, terbit tahun 1999
5. Menuju Masyarakat Madani, terbit tahun 1999
6. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, terbit tahun 1999
7. Esei-esei Pendidikan Islam dan Cendekiawan Muslim, terbit pada 1999
8. Renaisans Islam di Asia Tenggara, terbit tahun 1999
9. Islam Substantif, terbit tahun 2000
10. Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah, terbit pada 2002
11. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, terbit tahun 2002
12. Reposisi Hubungan Agama dan Negara, terbit pada 2002
13. Menggapai Solidaritas: Tensi antara Demokrasi, Fundamentalisme, dan Humanisme, terbit tahun 2002
14. Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, terbit tahun 2002
15. Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, terbit tahun 2003
16. Disertasi doktor berjudul "The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian 'Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries'", pada tahun 2004
17. Indonesia Bertahan (Dari Mendirikan Negara hingga Merayakan Demokrasi), terbit pada tahun 2020.  






Wafat Saat Akan Hadir di Seminar Intenasional di Malaysia
Menurut Ilham Bintang Ketua Dewan Pers, Prof Azra  mengadakan kunjungan kerja di Sumatera Barat sebelum ke Malaysia. Ia sempat ke Bukittinggi dan mengunjungi keluarganya di Batusangkar. Sumber lain yang menemani ke Sumbar, Irwan, dari Dewan Pers mengatakan Azra sempat ke Istana Bosa Replika di Pagurung dan ke Kelok di Kab 50 Kota. Banyak menyantak kuliner Minang dan dua kali santap di RM Lamunan Ombak Pasa Usang. Yang agak mencenangkan pak Irwan beliau tak biasa banyak membeli ole-ole untuk keluarga. Dan hal itu menjadi pertanyaan bagi keluarganya di Jakarta. Irwan yang semula mau balik ke Jakarta belakangan, mengurungkan niat dan kembali bersama Prof Azra melihat banyak bawaan itu untuk membantu. 

Itu keadaan beliau sebelum bertolak ke Malaysia melalui Jakarta. Hari Sabtu lalu, sedianya mantan Rektor UIN tersebut jadi salah satu pembicara dalam seminar internasional di Selangor bersama tokoh penting Malaysia, Anwar Ibrahim.

Saksi mata dalam penerbangan adalah Guru Besar Universitas Sumatera Utara Professor Budi Agustono. Ia dan istri sama-sama berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan Azyumardi. Mereka sempat ngobrol sejak di bandara hingga di dalam pesawat. Semalam Budi membagi  kejadian yang dilihatnya di dalam pesawat di grup WhatsApp wartawan.

"Dua puluh menit sebelum pesawat mendarat, saat saya, istri dan Pak Azra sedang bercakap tiba tiba Pak Azra batuk tanpa henti, tubuhnya berkeringat dingin. Saya minta dia minum air mineral. Saya memijat tubuhnya yang keringat dingin lalu meminta pramugari memasang selang oksigen di hidung dan mulut. Meski selang terpasang sesak nafasnya tak berhenti, malah tubuhnya bergerak ke kiri ke kanan di atas kursi pesawat.

Ketika pesawat parkir dan pintu pesawat dibuka menurunkan penumpang, saya dan istri mengurus kesehatan Pak Azra yang diminta turun  belakangan.  Saya dan istri gelisah dan cemas melihat kesehatan Pak Azra. Tidak lama sesudah itu kami bertiga turun dengan selang oksigen  dan dibawa segera ke bed panjang perawatan lalu dilarikan  ambulance ke rumah sakit.  Saya sempat merogoh tas tenteng  Pak Azra mencari telepon, tapi karena bingung dan panik lambat  ketemunya. Akhirnya istri saya menelpon temannya staf khusus Menteri Sosial meminta bantuan mengabarkan ke istri atau keluarga Pak Azra.

Saya sampaikan ke istri antar dan temani Pak Azra demi keselamatan dan keamanan. Kita bantu sekuat kita ke RS di Kuala Lumpur. Isteris saya, Reni Sitawati Siregar, mengantarkan hingga ke dalam ambulance untuk dilarikan ke rumah sakit, sedangkan  saya urus imigrasi di  Bandara," kisah Prof Budi Agustono.

Prof Azyumardi Azra, meninggal dunia, Ahad (18/9/2022) di RS Malaysia, pukul 11.30 WIB atau 12.30 waktu Malaysia. Sebelumnya Azyumardi, masih menjalani perawatan secara intensif oleh tim dokter di Rumah Sakit Selangor, Malaysia, pada Sabtu (17/9/2022) pagi.

Proses kepulangan jenazah ke Jakarta agak memakan waktu. Baru sampai di rumah duka Puri Laras II Ciputat Tangsel, Senin malam 19 September. Pagi hari Selasa 20 September di semayamkan dishalatkan di Audirorium Utama UIN Jakarta yang dipenuhi keluarga, sahabat dan handai tolan almarhum. 

Selanjutnya di makamkan di Taman Makam Pahlawwan Kalibata dengan Irup Prof Dr Muhadjir Efgfendy, MAP, Menko PMK RI dengan diiringhi dentuman senapan penghormatan. Beliau adalah penerima Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Utama RI. Oleh karena itu berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Utama RI yang diperlihatkan sekeretaris Ketua
Dewan Pers Prof Azyumardi Azra CBE.


Prof Azra pada tahun 2010 menerima tanda kehortamatan Commandor of British Empire dai Ratu Elizabeth II Ingris. Dengan begitu beliau dipanggil Sir dan berhak dipakai Sir depan namanya. 





Selanjutnya Gelar kehormatan Kaisar Jepang Akihito itu didapat Azyumardi pada 24 November 2017. Anugerah itu bernama  Bintang Jasa Jepang The Order of Rising Sun, Gold and Silver Star.
 



Ucapan selamat ketika menerima Penghargaan Tertinggi Kaisar Jepang Akihito Th 2017. (Foto Internet)


Kesan Pribadi Shofwan Karim

Saya mengenal Azyumadi Azra muda pada Konferensi Media Islam Internasional (KMII) pertama (Kedua tahun 2011) yang pernah diselenggarakan di Jakarta pada 1-3 September 1980 diketuai Menteri Penerangan RI kala itu Harmoko, yang diikuti 327 peserta dari 49 negara.

Azyumardi Azra wartawan Majalah Islam Panji Masyarakart (1979-1985). Majalah ini  berdiri Tahun 1959 oleh Hamka, Jusuf Abdullah Puar, Faqih Usman dan HM Joesoef Ahmad.   Meski demikian, menururt wikipedia majalah ini identik dengan sosok Buya Hamka yang menjadi  Pemimpin Umum  dan  selalu menulis dari Hati ke Hati. Kelihatan Panji Masyarakat tidak partisan dan berafiliasi dengan politik dan ormas serta mazahab tertentu. Oleh karenanya menjadi idola umat Islam kala itu.   Pada masa orde lama, 1959-1965 Majalah ini pernah dilarang terbit Tahun 1960 karena memuat ulang tulisan Mohammad Hatta, "Demokrasi Kita". Baru teratur terbit lagi tahun 1966  dengan Pemimpin Redaksi Rusydi Hamka dan Hamka sebagai Pemimpin Umum.

Setelah Hamka meninggal pada 24 Juli 1981 sampai tahun 1985 masih teratur sterbit. Setelah itu penerbitan majalah ini kurang menentu.  Saat ini, Panji Masyarakat bertransformasi menjadi media online dengan pemimpin redaksi A. Suryana Sudrajat. Mendiang Lukman Harun pernah mengatakan kepada Saya, kesulitan keuangan yang menyebabkan keadaan tadi.  Ketika konglomerasi Media mau membeli Panji Masyarakat, Pemilik Majah Islam ini tidak berkenan.
 

Jiwa Panji Masyarakat hidup di kalangan mahasiswa muslim pada dekade-dekae tersebut. Di IAN Imam Bonjol Padang pada tahun 1979 beberapa mahasiswa atas restu Rektor Drs (Prof Dr) M Sanusi Latyif dan WR II/III Drs Soufyan Ras Burhany mendirikan koran mahasiswa berbentuk tabloid tiga perempat plano. 

Yulizal Yunus, Fachrul Rasyid, Sutan Zaili Asril, Adi Bermaasa, Herman L, Alirman Hamazah dan saya sebagai generasi awal. Lalu ada tambahan lagi Akmal Darwis, Mafri Amir, Nuraini Ahmad, Emma Yohana, Salmadanis, Sartoni, dan lain-lain. Sekarang menjadi Suara Kampus online oleh generasi yang sambung bersambung. Kala itu hidup koran kampus lainya yaitu Suara Andalas dari Unand dan Ganto dari IKIP-UNP. Andalas digerakkan oleh Syaiful Bahri dan Hari Susanto dan lainya. Di Ganto digerakkan oleh Bang Makmur Hendrik. Keduanya wartawan yang mumpuni waktu itu. Syaiful wartawan Haluan dan Bang Makmur Wartawan Kompas. Kami berganti-ganti menyelenggarakan Pelatihan Pers-Jurnalis Kampus di IAN, IKIP dan Unand.

Oleh karena aktifis Pers Mahasiswa Kampus itu, saya dan Yulizal Yunus diundang ikut KMII Pertama tadi. Kami bertemu dengan wartawan muda media Islam Indonesia. Pada saat itu kami bertemu dengan wartawan Panji Masyarakat tadi. Dan mereka semua masih mahasiswa, penulis dan aktivis kampus . Di antaranya Azyumardi Azra, Bakhtiar Effendy, Fachri Ali, Komaruddin Hidayat.  Badri Yatim, Iqbal Abdul Rauf Saimima adalah wartawan dan penulis opini. Mereka ini seakan mengiringi Buya Hamka dan lainnya masa itu. 

Pada KMII tadi kami juga bertemu dengan Buya Hamka, Mohammad Nastir dan Lukman Harun serta tokoh lainnya.

Setelah KMII tadi saya jarang bertemu fisik dengan Azra dan kawan-kawannya. Walaupun pada tahun 1982, Wakil Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat Mahyudin Usman datang ke Padang dan bertemu dengan saya sekaligus meminta saya menulis pada Ulang Tahun Panji Masyarakat. Saya menulis artikel opini waktu itu tentang pembaharuan Islam di Minangkabau.  Honornya lumayan. Pada Tahun 1984 saya menulis pula di Majalah Amanah, kelompok Media Kartini yang didirikan Lukman Umar, alumni IAIN Yogyakarta dari Taratak Paneh, Kuranji Padang.

Menurut perkiraaan saya pada tahun 1985, Azyumardi Azra tidak lagi di Panji Masyarakat mungkin karena persoalan  penerbitan yang tidak teratur tadi. Atau yang lebih tepat sebab lain beliau fokus ke dunia akademik. Menurut Situs AMINEF Prof. Azra menerima beasiswa Fulbright 1986 hingga 1992 untuk studi jenjang master dan doktor di Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah di Columbia University. Belakangan Azra menyelesaikan S.2, M.A. dan M.Phil searta Doktor di Amerika. 

Barulah setelah Azra kembali ke IAIN-UIN Jakarta, saya intensif bertemu dan bersilaturrahim dengan alamarhum. Setiap sebentar beliau bertanya perkembangan kuliah doktoral saya di IAIN Jakarta itu. Beliau bukan hanya kepada saya, tetapi hampir kepada semua mahasiswa, sangat peduli. 

Ketika selesai menjadi Rektor dua periode, tokoh cendekiawan dunia ini menjadi Direktur Pascasarjana. Kembali saya berkomunikasi intensif lagi dengan beliau. Apalagi promotor pertama saya Prof Dr Harun Nasution ((23 September 1919 – 18 September 1998) wafat beliau mau menjadi pengganti promotor saya itu. Dan belakangan Promotor II Disertasi saya Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, M.Sc yanng sangat sibuk atas permintaan saya maka digantikan oleh Prof Dr Badri Yatim, (1957-2009) teman lama beliau di Panji Masyakarat dulu.  Disertasi saya berjudul, "Nasionalisme, Pancasila dan Islam sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Pemikiran Mohammad Natsir)” diuji pada sidang promosi 21 April 2008. Almarhum Prof Azra memimpin langsung Sidang Promosi itu. 

Setelah perbaikan disertasi tak lama setelah wisuda Doktor,  Prof Azyumardi minta saya menghubungi temannya di penerbit Kompas Gramedia untuk disertasi diterbitkan menjadi buku oleh penerbit besar dan terkenal itu. Setelah saya hubungi dan kompas minta saya kirim naskah buku itu. Namun saya lalai, akhirnya buku itu diterbitkan oleh UM Sumbar Press dan diluncurkan pada 18 Desember 2020 bersama memoar biografi saya ke 68. Disertasi itu menjadi Buku, Islam sebagai dasar Negara, Polemik antara Natsir dan Soekarno. Buku memoar Biografi 68 tahun, Melukis di Atas Awan. 2 Buku Shofwan Karim . Pada waktu buku pertama Kata Pengantar Oleh Prof Dr Azyumadi Azra, MA., M.Phill, CBE dan buku kedua oleh Prof Dr Mifedwill Jandra, MA. 

Kembali Prof Azra minta saya mengirim buku yang diluncurkan itu ke Penerbit Suara Muhammadiyah untuk diterbitkan dalam Bahasa Inggris. Dan buku kedua diganti judulnya bila akan terbit lagi menjadi, di Bawah Matahari. 

Alasan yang pertama, mengapa terbit dalam Bahasa Inggris karena masih banyak karya cendekiawan dan ilmuan Indonesia yang perlu dikenal dunia internasional. Lalu mengapa di Bawah Matahari, untuk yang kedua. Kata almarhum waktu itu, karena buku itu banyak menulis  tentang Muhammadiyah. Dan ditambahkannnya, beliau sering betul bertemu dengan saya pada setiap ada agenda Muhammadiyah dan kegiatan seminar nasional lainnya.  Kedua ucapan beliau itu belum terlaksana oleh saya dan tetap masih menjadi azam.  

Cerita lain, Prof Azra pernah Ketua Cabang HMI Ciputat dan kata teman-temannya saat itulah beliau "kecantol" dengaan aktivis IMM, Immawati, Ifah Farihah, (Dra., M.A.) putri seorang Kiyai di Banten yang menjadi ibu anak-anaknya. Belakangan menurut Hajriyanto Tohari, Ketika menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhmmadiyah, Azra adalah Ketua Litbang PP Pemuda itu. 

Kembali saat-saat genting berita beliau  masuk rumah sakit di Malaysia saya sedang di Magelang mengikuti Koordinasi Nasional Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Muhammadiyah (16-18 September).  Sambil agenda itu, Gadget WA selalu mendapat update,  berita dari Hasril Chaniago Wartawan Senior yang sedang di Kualalumpur bersama Irwan Arifin Bin Marzie Thamrin. Hasril sering satu layar pada virtual seminar dengan almarhum.  Hasril dan Irwan termasuk di antara orang Indonesia pertama yang menjenguk Prof Azra di RS Serdang Selangor Malaysia. 

Pada Hari Ahad, 18 September 2022 siang dapat kepastian beliau berpulang ke rahmatullah. Langsung sore itu, saya dan anak tertua Iqbal Shoffan Shofwan langsung ke rumaha duka. Bertemu dengan kemenakan beliau Dr. Roni Hidayat dan Armia Putriana. Lalu sahabat beliau Prof Dr HM Suparta, MA dan puluhan kerabat serta sahabat di UIN Jakarta yang mula-mula datang. Kami setelah shalat asar barjamaah di rumah keluarga ini langsung shalat ghaib berjamaah untuk almarhum. 

Sementara itu secara bergantian pelayat datang tak putus-putusnya bersama papan bunga ucapan duka dari berbagai tokoh dan kalangan umat dan bangsa berjejer. Sejak 18 sd 20 sore saya pulang ke Padang, Papan Karangan Bunga Duka itu berjejer sepanjang lebih kurang 2 kilo meter di kawasan dalam dan luar Puri Laras. 

Menjadi kenangan saya paling akhir dengan Ayah 3 putra, 1 putri dan suami dari aktibvis Immawati Ciputat, Ifah Farihah ini ketika saya ber-WA dan telepon dengan almarhum ajung Agustus lalu. Beliau kami minta dari Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM) untuk menjadi nara sumber pada 5 September kemarin bersama Dr Yudi Latif untuk dialog nasional hasil suvey oleh Tim BP Kongres Dr Asrinaldi dari Unand, Aspirasi Masyarakarat Indonesia tentang Kebudayaan. Ini agenda kedua Pra-Kongres Kebudayaan, setelah 9 Agustus lalu, Launching Kongres kebudayaan. Beliau menjawab sudah ada agenda lain.  Lalu saya timpali, kita atur lagi Prof, untuk agenda Pra-Kongres 3 dan 4 pada bulan-bulan berikut. Insya Allah, kata beliau. Rencana agenda Pra-Kongres 3 dan 4 adalah UU No 17 Tahun 2022 tentang Perovinsi Sumbar dan Revitalisasi Adat dan Kebudayaan Minangkabau. 
 
Semua itu tinggal himmah atu cita-cita dan Prof Azyumardi sudah tahu namun Allah swt menentukan lain. Beliau sudah kembali kepada-Nya. Semoga Allah SWT melapangkan jalan dan insya Allah dibalasi semua amal ibadah serta kebaikan yang telah ditanamnya kepada umat, bangsa dan muslim sedunia untuk bekal kelak masuk syurga jannatun naim. Dan semua keluarga yang ditinggalkan kiranya terus sabar dan ikhlas dalam iman yang kokoh. Amin ya Rabbal alamin. ***






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Pembicara dalam Pertemuan MDNG se Dunia