Profesor Universitas Brunei Darussalam Apresiasi Dua Buku Shofwan Karim
Profesor Universitas Brunei Apresiasi Dua Buku Shofwan Karim
MUHAMMADIYAH.OR.ID, PADANG– Associate Profesor dari Sultan Hassanal Bolkiah Institute of Education Universiti Brunei Darulssalam (UBD), Gamal Abdul Naseer memberikan tahniah kepada Ketua PWM Sumbar, Shofwan Karim.
Ucapan selamat disampaikan oleh Gamal atas peluncuran dua buku yang ditulis oleh Ketua PWM Sumbar yang diselengarakan oleh Universitas Muhammadiiyah Sumatera Barat (UMSB) pada Jumat (18/12).
Dua buku tersebut berjudul “Islam Sebagai Dasar Negara: Polemik Antara Mohammad Natsir Versus Soekarno” dan “68 Tahun Melukis di Atas Awan: Memoar Biografi Dr. Shofwan Karim”.
Dalam sambutannya, Shorwan Karim berterimakasih kepada pihak yang selama ini mendukungnya, terlebih kepada keluarga Muhammadiyah yang berada di Sumbar.
“Ini semua saya sebut hanya karena Muhammadiyah ini bisa lahir, dan karena UMSB buku ini bisa tercetak,” jelasnya.
Sekaligus sebagai pembedah, akademisi dan dosen di UBD yang concern terhadap pendidikan Islam ini mengaku kagum dengan pemikiran M. Natsir. Gagasan pendidikan integral (integration of knowledge) yang dikemukakan oleh M. Natsir, kata Gamal, merupakan gagasan yang melampaui zaman.
Gagasan Pendidikan Integral M. Natsir Melampaui Zaman
“Pendidikan integral ini telah dikemukakan oleh M. Natsir pada tahun 1934. Sedangkan dunia Islam baru ingin kembali bagaimana islamiatun ma’rifah atau islamisation of knowledge itu baru bermula pada konferensi Pendidikan Islam Pertama di Mekkah pada tahun 1977,” paparnya.
Bahkan gagasan M. Natsir tentang penidikan integral lebih dahulu muncul dari pada gagasan Islamisation of knowledge yang dipelopori oleh Prof Ismail Raji al Faruqi. Gagasan serupa yang muncul setelahnya juga datang dari Malaysia yang dipelopori oleh Mentri Pendidikan Malaysia waktu itu, Anwar Ibrahim.
Dalam kontek Indonesia kini, pemikiran pendidikan integral yang dikemukakan Natsir bertahun-tahun silam masih semarak dan dijadikan acuan lembaga pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi.
“Pemikiran M. Natsri itu melampaui zamannya, melampaui waktu kehidupannya, dan masih tetap relefan, masih tetap signifikan kepada umat,” ungkapnya.
Komentar
Posting Komentar