Safari Sosial-Pendidikan ke Australia Barat (2): Nikmatnya naik Bus Bandara-Hotel



Safari Sosial-Pendidikan ke Australia Barat (2):
Nikmatnya Shuttle-Bus Bandara-Pusat Kota


Oleh Shofwan Karim


Berjalan di koridor masuk Bandara Internasional Terminal 1, adalah aksi awal sore ini. Dengan manarik cabin-bag dia dan isteri melewati gerai berbagai kedai belanja, baru sampai ke imigrasi. Panorama ini seperti kebanyakan Bandara Internasional sekarang. Tentu maksudnya dalam rangka mengorek kantong para traveler. 













Shuttle Bus 380 Airport-Pusat Kota Perth


Au $ 9.50 untuk dua orang dewasa

Senja yang masih terang di musim semi

Tidak ada kesulitan sama sekali keluar imigrasi dan  pengambilan barang.   Hanya menyerahkan slip formulir bawaan ke petugas yang berdiri dekat  box X-Tray itu. Sesampai di bagian serambi sebelum keluar dia  membeli kartu  selular vodaphone seharga 20 $ Australia untuk 12 GB data dan bebas telepon lokal sampai 8 November ini.



“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang
telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah
nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah”
(Q.S An-Nahl:114). Kebab untuk Dinner bersertifikat halal dari otoritas  setempat.






Acting dulu si Anduang 

Kepada gadis  penjual kartu selular itu dia bertanya ke arah ke mana transpor publik ke Pusat Kota. Cewek itu menunjukkan arah ke kanan.




Kedua orang ini  meluncur mendorong trolley keluar. Sebelumnya,  Gadis tadi  menuliskan catatan, Bus No 380 untuk ditumpangi. Di luar, mereka  bertanya lagi  dengan orang yang berdiri di situ. Di antaranya seorang dari Malaysia yang berkerja di Perth yang baru datang dan baru keluar terminal. Beberapa pertugas lain seperti kebersihan dan lainnya juga ada di situ. Mereka berfoto-foto sambil menunggu bus nomor 380 itu.

Bersama petugas Bandara urusan transportasi Perth.
Sekitar 15 menit menunggu bus shutlle. Mereka bertanya ke driver berapa tiket. Untuk dua orang Aus 9,50 $. Tak banyak penumpang lain di dalam bus itu. Mereka celengak-celenguk keluar. Menikmati awal pertama mereka menginjakkan kaki di benua ini. Padahal keduanya sejak hampir 40 tahun lalu sudah ke puluhan negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Baru kali ini ke sini. Maka lengkaplah mereka pergi melanglang buwaba ke sudut-sudut penjuru lima benua di dunia ini. 

Sepanjang jalan yang lebar, sore bercahaya terasa lengang kecuali mobil yang tidak terlalu banyak, serta rumah di kiri-kanan jalan yang sepi.  Matahari baru tenggelam pukul 7 malam.di musim spring-semi ini . Mulai aura rasa di Eropa atau Amerika di negeri benua selatan ini. Nikmatnya naik bus yang tidak macet dan tidak penuh sesak serta pemandangan luar yang bersih dan menarik. 

Malam yang  tidak ramai.

Turun dan 2 block lagi ke kanan dan terus jalan dan ke kiri, akan sampai di hotel untuk sepekan  ini.
Bus itu meliuk dan menikung jalan raya antara Bandara dan Kota Perth. Pada waktu masuk kota, Bus melewati jalan lebar yang lurus. Di jalan Adelaide Terrace, tampak bendera Indonesia berkibar. Itulah gedung Konsulat Jendral RI di Perth yang direncanakan termasuk yang akan mereka datangi. 

Dari stasiun pusat ini mereka ke mana-mana dengan mudah.


Dia dan isteri berhenti di St John Terace. Driver bus shuttle ini bilang kalau hotel Ibis yang akan menjadi rumah kedua mereka  selama sepekan ke depan hanya nyeberang ke kanan, jalan sedikit satu block, nyeberang ke kiri, jalan sedikit, maka kelihatanlah hotel itu. (Bersambung) 



Pukul 8 malam jalan di sepanjang jalan Murray di depan stasiun Perth, orang tak banyak kelihatan. Sebagian yang sedikit itu ada di restiran, dan bar sekitar jalan ini.

Telepon Mesin Kartu  antik akhir 80-an sampai 1990-an ini masih dipelihara di kota Perth untuk pajangan dan kenangan.




"Rumah" selama sepekan, Hotel Ibis Jalan Murray 334 Perth, WA,  Australia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

Shofwan Karim, Pembicara dalam Pertemuan MDNG se Dunia