Safari Sosial Pendidikan ke Australia Barat (5): Komunitas Indonesia, Pengajaran al-Quran untuk Anak dan PPI Universitas Murdoch

Safari Sosial-Pendidikan ke Australia Barat (5): Komunitas Indonesia, al-Quran untuk Anak dan PPI Universitas Murdoch

Anduang Imnati dan Atuak Shofwan


Oleh Shofwan Karim


Beberapa minggu sebelum terbang,  Atuak sudah mengirim surel ke Konsulat RI di Perth. Antara lain meminta dapat  berkunjung kepada  Bapak Konsul Jendral. Lalu mohon   dihubungkan untuk bersilaturrahim  dengan komunitas Indonesia, organisasi masyarakat, mahasiswa atau tokoh perorangan. 






Bersama Konsul Jendral RI Perth Bp Ade Padmo Sarwono. 
Anduang menyerahkan souvenir kecil kain tenun Flores kepada Konsul Jendral RI Perth Bp  Ade Padmo Sarwono.



Guru Baca Quran utuk Anak, ia  seorang Master Sains yang dulu siswa SMA Al-Azhar Jakarta.
Oleh karena agak lama  jawabannya,  Atuak  menghubungi Konsul Jendral RI Melbourne yang Atuak kenal. Konjen Ibu Dewi Wahab peserta Program Pertukatan Pemuda Indonesia-Kanada tahun 1982-1983. Jauh sebelum beliau menjadi diplomat di Kemenlu RI. Kepada Ibu Dewi Atuak berharap dibantu mengingatkan Konsulat RI Perth untuk maksud tadi.  Dan benar, selang beberapa hari staf konsulat RI Perth menyatakan kesediaan  untuk menerima.   Disarankan bertemu sore Jumat 4 November pukul 5.






Beberapa menit sebelum waktu yang dijanjikan, Atuak dan Anduang menekan bell gerbang. Ketika suara di dalam menyatakan selamat sore kemudian tanpa ditanyakan, Atuak mengatakan maksud kedatangan. Petugas secara otomatis dari ruangnya membuka pintu pagar dan  mempersilahkan masuk.

Selang beberapa detik Pak Bramantya yang dipanggil Bram langsung duduk dan menyatakan bahwa Konjen tiba-tiba harus melayat Konsul Kehormatan Pertama RI yang  wafat di usianya sekitar 80 tahun.  Senior citizen itu wafat siang tadi.  Bramantya Dwi Putra Widodo, Konsul Muda, Penerangan dan Sosial Budaya, KJRI Perth mengajak Atuak dan Anduang community visite  dulu. Keduanya diajak ke Taman Baca al-Quran. Melihat pengajaran Al-Quran oleh volunteer ibu-ibu rumah tangga Indonesia. Selesai itu pergi  ke Universitas Murdoch bertemu beberapa tokoh mahasiswa Indonesia di sana.

Komunitas Indonesia di Perth cukup banyak dan beragama. Ada yang  pagayuban asal daerah mereka dari Indonesia. Ada kelompok pelajar dan mahasiswa. Ada kelompok agama. Ada pula kelompok profess.



Komunitas Indonesia  Pendidikan Quran. Muridnya juga dangladesh dan negara Islam lainnya. 



Dua orang ibu )kiri dantengah) pengurus kelompok pengajaran Al-Quran. 



Kelompok Indonesia Pelajaran Quran untuk anak yang juga diikuti anak dari Bangladesh.


Dari google-search Atuak menemukan nama-nama organisasi berikut. PELAJAR/MAHASISWA.1. Indonesian Students Association of Australia Western Australia Branch (Persatuan Pelajar Indonesia Australia di Australia Barat / PPIA WA); 2. Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia (AIPSSA); 3. Murdoch University’s Indonesian Student Association (MUISA); 4. PPIA Curtin University.

Bersama Faris, Ketua Umum PPI dan Pengurus lain.  Latar belakang bangunan Joglo Jawa di tengah Kampus Universitas Murdoch. 



Bertemu tokoh Mahasiswa Indonesia di Murdoch University


KELOMPOK KEAGAMAAN (MUSLIM); 5. Perth Indonesian Muslim Society (Inc.)-PIMSI[ 6. LPQ Cahaya Hati 7. Perkumpulan Pengajian Indonesia Perth – WA (PPIP – WA) ; 8. Ketua Perwakilan Nadhatul Ulama (NU) WA; 9. MTQ Attaqwa; 10. Ketua Perwakilan Muhamadiyah WA; 11. Forum Liqo ; 12. CIMSA; 13. Ikatan Cendikiawan Muslim Orsat-WA (ICMI-WA) ; 14. Taman Pengajaran Al Qur’an Lenora ; 15. ESQ.

KELOMPOK KEAGAMAAN (KRISTEN & KATOLIK); 16. Indonesian Catholic Community of Perth (ICCP); 17. Mahasiswa Kristiani di Curtin University ; 18. Indonesian Catholic Youth Organization (ICYO); 19. Gereja Pantekosta Indonesia (GPDI) ; 20. Public Relations of Bethany Church of God ; 21. Westminster Presbyterian Church ; 22. Indonesian Charismatic Worship Service Inc ; 23. IFGF GISI ; 24. Indonesian Evangelical Church ; 25. Reformed Evangelical Church of Indonesia ; 26. Gereja Kristen Indonesia ; 27. Indonesian Baptis Church ; 28. Indonesian Family Church ; 29. Injil Reform ; 30. The Rocks Church ; 31. Gereja Rocks ; 32. Gereja HOB ; 33. Tabernacle Family Church Inc.

KELOMPOK KEDAERAHAN DAN PROFESI . 34. KIPAS ; 35. Selendang Sutra ; 36. Ketua KBPK (Komisi Bersama Peduli Kemanusiaan) ; 37. Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) ; 38. Rumah Gadang ; 39. Flobamora ; 40. IDN WA (Diaspora) ; 41. Rukmariwa ; 42. Ikatan Keluarga Sumatera Selatan ; 43. Indonesia-Australia Photographer Association (IAPA) ; 44. Aceh Society of Western Australia (ASWA) ; 45. Ikatan Alumni ITB Australia Barat ; 46. Kelompok Wulan ; 47. Mitra Sunda Western Australia (MSWA) ; 48. Komunitas Batak ; 49. Kawanua (Komunitas Sulawesi Utara) ; 50. Bali Dewata (Balinese Community Association of Western Australia) ; 51. Paguyuban Golf Perth (PGP) ; 52. Majelis Perantauan Indonesia
; 53. Peacock Dance ; 54. KMIWA.
Atuak punya kesan tidak semua organisasi itu yang aktif. Tetapi paling tidak secara nomenklatur eksis.

Di Murdoch University bertemu dengan tokoh-tokoh PPIA WA. Mereka sebagian besar mahasiswa Master dan Doctoral berbagai bidang ilmu. Ketuanya Faris berasal dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Di Kampus yang cukup luas ini, Atuak dan Anduang berjalan bersama beberapa mahasiswa-wi tadi. Mereka bicara tentang bidang studi yang ditekuni sebagai ditanyakan oleh Atuak. Kelihatannya mereka sangat antusias belajar di sini. Mereka berjalan agak jauh ke tengah kampus dari gerbang masuk tadi. Oleh Pak Bram, mahasiswa-mahasiwa ini sudah diberitahu rupanya. Dan waktu keluar dari kenderaan mereka sudah berdiri di depan gerbang masuk berlogo Murdoch University.

Ketika sampai  ke tengah arena Kampus, kepada Atuak dan Anduang ditunjukkan sebuah bangunan beratap tanpa dinding dengan lantai terbuka beratap Joglo. Dikatakan ini memang dibangun untuk menunjukkan bahwa Universitas Murdoch menunjukkan apresiasinya kepada Indonesia.

Di keredupan senja, mereka berpisah. Pak Bram dan Pak Nugraha, staf yang mengenderai mobil Atuak dan Anduang dibawa kembali ke Konsulat.

Konsul Jendral RI Perth Bp Ade Padmo Sarwono menerima kunjungan Atuak dan Andung yang didampingi Pak Bram. Perbincangan mereka cukup hangat. Mulai dari hubungan Indonesia dan Australia. Jabatan Pak Ade sebelumnya di Darwin, Australia Utara.  Rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Sydney. (Besok paginya Atuak dapat kabar Presiden Jokowi hanya melakukan  tele-conference Jakarta-Sydney dengan masyarakat Indonesia). Rencana kunjungan Gubernur Sumbar Irwan Prayitni dan Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah bersama 4 Gubernur dan Walikota lain dari Indonesia 11-13 November untuk menghadiri temu investor dan bisnis yang diundang Kemenlu RI.

Yang menggelitik animo Atuak dan Anduang adalah wacana Konjen tentang telah adanya kabar bahwa Kota Padang sudah pernah tandatangan kejasama Kota-Kembar Padang dengan Fremantle, sebuah kota teluk dan pelabuhan tak jauh dari Perth. Kota awal para pendatang Eropa ke Benua  Australia belahan barat itu. Kota pelabuhan dan pantai ini, cukup banyak peninggalan bangunan masa lalu. Ada Museum dan ada bangunan lama yang punya sejarah. Atuak dan Anduang ingat bagian lama dari Kota Padang. Pasa Mudiak. Jalan Nipah. Jalan Arau sampai ke Pondok. Pantai Padang dan wulayah Muaro.

Ketika Atuak bertanya kepada Pak Konjen sejak kapan dan siapa Walikota Padang waktu itu yang memulai kerjasama ? Beliau masih ragu menjawab dan akan mencoba mencari info  lebih jauh. Yang pasti Pak Konjen tahu hal ini  dari Walikota Fremantle yang sekarang, Mayor Brad Pettitt. Mungkin waktu Wako Padang Mahyeldi datang ini, soal city-sister ini dibahasnya lagi. (Bersambung)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

Shofwan Karim, Pembicara dalam Pertemuan MDNG se Dunia