Safari Sosial-Pendidikan ke Australia Barat (4): Serius dan Santai di Kampus Curtin University

Anduang Imnati dan Atuak Shofwan

Safari Sosial-Pendidikan ke Australia Barat (4): 

Serius dan Santai di Kampus Curtin University

Oleh Shofwan Karim 


Hampir tiap tahun  Atuak dan Anduang melakukan safari sosial-pendidikan. Safari ini bagaikan  merevitalisasi semangat  kehidupan mereka.  Setelah hampir sepekan di Australia  Barat, Senin 7 November 2016 rantai kegiatan ini dilakukan  ke Univerisitas Curtin.  Kemarin sewaktu pulang ke hotel dari Rockingham, dalam perjalanan setelah  Penguin Island, melalui Staf Konsulat Jenderal RI Perth, Sepriyono asal Padang dari Fakultas Ekonomi Unand , Staf Lokal Kementerian Luar Negeri,  Atuak dihubungkan dengan dua Mahasiswa.  



Oleh karena sore itu  mahasiswa tadi telah mengagendakan  kegiatan lain, maka hari inilah janji tersebut dilaksanakan. Seperti biasa, hari-hari Atuak dan Anduang naik Bus atau kereta. Kali ini berjalan dari hotel dan pergi ke Stasiun Elizabeth Quay. Dari situ naik Bus 738 ke Benteley, Kampus Universitas Curtin.











Tertawa, Yunica Girik Allo dari Jayapura, mahasiswi Master Public Health  barusan asyik menjelejahi belantara ilmu  di kotak kursi-meja komputer perpustakaan.













































Salah satu bagian di perpustkaan.





Ruang baca dan akses ineternet di salah satu lantai pada 6 lantai perpustakaan ini.

Sebagian rak buku teaching resource collections













Di pemberhentian Bus Kampus, sudah menunggu Ilham. Tak sangka bersamanya ada Yasser. Yang pertama mahasiswa S3/Doktoral kebijkan publik konsentrasi perimbangan keuangan pusat dan daerah. 



Yang kedua mahasiswa S2/Master, konsentrasi administrasi kesehatan. Ilham dari Kementerian Keuangan RI dan Yasser dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismu). Mereka mendapat beasiswa LPDP.



Target hari itu, melihat dan merasakan suasana perpustakaan, ruang belajar, bagian adimistrasi, suasana umum kampus di luar ruangan, tempat ibadah bagi yang beragama, dan jangan lupa kafe untuk santap.





Perlahan langkah kami seakan serentak mulai menapaki kampus ini. Cahaya terang dan udara yang tidak terlalu panas menyambut.  Kiri-kanan ada tumbuh-tumbuhan. Disela-selanya ada gedung berbagai fungsi. 

Awalnya Atuak, Anduang dibawa Ilham dan Yasser ke perpustkaan. Robertson Library dalam satu bangunan berlantai 5. Untuk semester 2, 1/8/2016-25/11/2016 sekarang jadwalmya sebagai berikut. Bagi semua mahasiswa, dosen dan pengunjung umum dari Senin-Jumat dibuka dari 8 pagi sampai 8 malam untuk semua lantai. 

Sedangakan untuk warga kampus terbuka 24 jam dengan akses masuk gesek kartu mahasiswa atau dosen, kecuali Sabtu dan Minggu. Khusu Sabtu-Minggu untuk warga kampus  dan umum 9 pagi sampai 5 sore dan warga kampus dengan kartu gesek tetap bebas 24 jam.

Ilham dan Yasser membawa Atuak dan Anduang ke ber bagai ruangan perpustakaan. Ada di sebelah kiri lift lantai 2, tempat istirahat tidur pada  sofa-bed yang dibuka tutup otomatis serta head-sett music. Di setiap lantai  ada ratusan komputer on-line. Ada koleksi buku referensi pada bagian tertentu yang disebut ," Teaching Resource Collection".  Wilayah baca dan wilayah komputer ruangan sangat luas hanya dibatasi sekat antara meja setinggi duduk ukuran muka dan kepala. Di situ ada tulisan "Quite". Pada bagian lain ada ruangan "silent". "Apa bedanya?." Tanya Atuak kepada Ilham. Quite, boleh bicara berbisik. Silent, tidak boleh sama sekali meskipun berbisik dan berisik. Kasarnya yang pertama jangan ribut atau suara keras. Untuk yang kedua, mesti selalu diam.

Pada bagian lain ada sederetan kamar dengan bagian luarnya dinding kaca. Itu rupanaya ruang untuk belajar kelompok atau group room.Kapasitasnya 7 sampai 10 kursi pada keliling 1 meja bundar. Untuk menggunakan box-kelompok ini harus didaftar dulu, supaya digilir secara teratur. Sekali Atuak dan Anduang ketuk pintuk ruang kelompok itu. Lalu Atuak bilang sebagai orang yang pertama ke Curtin University ini, ingin tahu. Mereka menyuruh masuk dan sempat beberapa menit berdialog.

Di antara meraka adalah mahasiswa dari berbagai berbagai penjuru dunia, selain warga Australia, baik Perth bagian lain Australia Barat, maupun penjuru Australia lainnya. Kebetulan pada waktu itu ada mahasiswa dari Perth sendiri, ada dari India, ada dari Filipina dan ada yang dari Eropa Utara dan Eropa Timur. Mereka belajar dan diskusi sangat serius. Di dinding ada screen computer layar lebar dan key-padnya di bawah. Masing-masing mereka juga dengan lap-topnya sendiri.


Mereka keluar perpustakaan dan hendak menuju fakultas.  Di sebuah lapangan yang diteduhi pohonan tinggi mata Atuak dan Anduang  berhenti. Mereka  melihat ada beberapa mobil truck berhenti dan membuka dinding grobak belakangnya. Lalu kelihatan mahasiswa-mahasiswi ke situ dan rupanya mereka mengambil sesuatu. Kelihatannya seperti karung dengan warna dominan merah. Lalu mereka membawa karung ke taman di bawah pohon. Rupanya karung itu sudah diisi dengan sejenis butiran kecil-kecil dan karung itu bisa menjadi tempat untuk duduk dengan berbagai posisi bahkan dapat pula menjadi matras untuk bergolek-ria.  Mereka membaca, berdiskusi dan belajar di atas karung itu rupanya.

Tak jauh dari situ ada beberapa mobil penjual makanan dan minuman ringan. Untuk minum air mineral gratis ada tempat di bergaia sudut,  tinggal diambil dengan botol sendiri atau minum langsung di situ. Mobil kafe bergerak itu tampaknya didesain dengan abik dicat berbagai warna seperti  yang juga ada di Jakarta dan kota lain di Tanah Air, meski disainnya beda dan daya tariknya juga beda. Sepertinya Kampus memberikan izin untuk pihak lain menggunakan kampus sebagai pasar tetapi  cukup rapi dan teratur. Kecuali makanan dan minuman, karung-kursi serba bisa tadi dan lainnya gratis atau pihak Kampuslah yang menanggungnya. 

Atuak dan Anduang ingin melihat  Fakultas Pendidikan, Bahasa dan Humaniora. Ilham dan Yasser membawanya ke sana. Di satu sudut bagian sebelum ke gedung fakultas-fakultas tadi mereka bertemu dengan mahasiswa Indonesia parogram Doktoral lagi. Namanya Khairuddin.  Dia dari salah satu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) dari sebuah Kabupaten di Sulawesi Selatan. Khairuddin barusan memulai program penelitiannya tentang teknologi, sumber dan  media belajar. 

Atuak dan Anduang ingat kembali visualiasasi dalam dunia pikirannya. Ketika masuk berbagai universitas di Amerika, Kanada dan Eropa, seakan terulang ketika masuk ruang belajar di kampus ini. Meski kata Anduang dalam bentuk yang lain, bervariasi dengan Ohio State University (OSU) di Columbus. Pada Oktober 2009 sampai Februari 2010 Anduang "nyantri" di OSU dalam program yang disebut "Sandwich" .  Sebagai mahasiswa S3 UNP bersama beberapa teman dari Pascasarjana itu, Anduang mendapat kesempatan kuliah di sana.

Di Fakultas Pendidikan Curtin University ini, tidak kelihatan orang mondar-mandir. Hampir semua yang ada di ruangan-ruangan itu asyik menghadapi komputer. Mereka  membaca atau menulis  di meja yang di kelilingi sofa atau kursi empuk.  Menurut Ilham kuliah di sini tidak wajib isi daftar hadir. Mereka yang ada halangan, meski jarang, cukup mengunduh video rekaman dosen menerangkan materi kuliah sambil membuka text kuliah yang disiapkan dosen atau cukup menulis makalah yang referensinya berasal dari kuliah dosen dan rujukan yang setara dan sepadan dengan bidang studinya. Itu cukup dari tempat kos mereka mengunduh semua bahan kuliah itu.

Tak lama Atuak dan Andung bersama Ilham dan Yasser di fakultas ini, waktu zuhur masuk. Ilham dan Yasser membawanya ke Musalla. Berjalan agak jauh melewati fakultas Design and Art.  Setelah melawati taman, di sela-sela dan lorong hijau berbagai gedung yang bernomor besar di setiap bangunan itu, mereka sampai ke satu bangunan.















Menoleh ke kanan ada ratusan mobil parkir  teratur di lapangan luas yang ditumbuhi tepinya teratur oleh pepohonan. Menjenguk ke kiri tampaklah bangunan seperti kotak raksasa. Tidak ada disain lengkung atau tanda seperti banginan masjid yang lazim. Hanya bangunan kotak persegi empat panjang. Tetapi letaknya sangat strategis. Mennghadap ke arah lain dari tempat kami masuk pada pemberhentian Bus tadi pagi. Rupanya ini bagian lain masuk bagi warga kampus yang memba kenderaans sendir. Pemandangan lepas ke luar. Bangunan Musalla ini cukup menonjol dan mudah dicapai.

Untuk masuk ke Musalla ini dipisahkan antara pria wanita. Atuak bersama Ilham dan Yasser masuk dari arah kanan. Anduang dipinjami Yasser kartu geseknya untuk masuk. Dan Atuak dan Yasser masuk ke Musalla dengan kartu gesek Ilham.

Sesampai di dalam ternyata belum masuk langsung ke Musalla. Ada bagian luarnya yang terbuka dan ada pula tempat wuduk dan toilet luar serambi lebar tanpa atap itu. Alas kaki dan sepatu hanya sampai di situ. Lalu masuk ke dalam setelah melewati pintu kaca tebal otomatis . Di dalam ada dua bagian pria dan wanita yang diberiu dinding ringan dan di bagian depannya dengan kain gordyn tebal sejak dari pintu masuk yang berbeda tadi. Ada kotak-kotak cukup banyak untuk tempat menyimpan bawaan dan sajadah. Meski karpet tebal terbentang sepenuh lantai Musalla, namun masih ada saja yang menggunakan lembaran-lembaran sajadah lepas itu untuk salat.

Atuak menjadi Imam dengan makmum Ilham dan Yasser untuk salat Jama'-Qashar Zuhur-Asar hari itu. Mreka sudah terlambat sedikit sehingga tidak dapt menikmati jamaah ramai siang itu.  Suasana tenang dan bahagia terasa betul di dalam Musalla ini. Berganti-ganti yang lain datang untuk salat zuhur ini.

Menurut Yasser, dulu tempat salat ini berbaur dengan tempat ibadah agama lain. Sebuah bangunan yang ada di agak di dalam kampus. Aakan tetapi karena jumlah yang salat lebih banyak dari jumlah agama lain yang beribadah dan waktunya 5 kali, maka otoritas kampus membangun Musalla ini yang khusus. Sehingga umat Islam warga kamppus lebih nyaman dan tempatnya jauh lebih bagus dan strategis dibandingkan tempat multi-agama yang sebelumnya.





















-->

Di depan Robertson Library


Bagi mahasiswa yang capek dan mengantuk di perpustakaan 24 jam buka ini dapat tiduran atau istirhat di kursi otomatis yang bisa jadi sofa-bed ini.


Petunjuk untuk istirahat dan tidur di sofa-kursi-bed ini.

Kursi duduk bagian lain di perpustakaan.





Berbaju hitam (berdiri) calon Dokror Khairuddin dari Sulawesi Selatan.







Kepala urusan penerimaan mahasiswa di Fakultas Pendidikan memberikan formulir untuk yang berminat.

Kafe Mobil untuk minuman dan makanan ringan.

Karung berisi gabus silicon bisa dibentuk untuk segala rupa untuk duduk dan berbaring.












Ruang kuliah setandar. Setiapnya mempunyai meja dosen, komputer, corong microphone dan screen infocus serta white-board di semua sisi. Kursid an meja seperti di kape boleh digeser dan ditarik kemana saja sesuai keperluan mahasiswa ndan suasana kuliah.


Anduang bersama Monica, mahasiswi dari Perth  studi Accounting.










Musalla tempat ibadat salat bagi muslim dan muslimat.













































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

Shofwan Karim, Pembicara dalam Pertemuan MDNG se Dunia