Seminar Kelas AIK Selasa, 5-12.23 Pukul 13.30

 Makalag-1




MAKALAH


PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN 

DI DUNIA MUSLIM



Di ajukan untuk memenuhi 

salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah :

Al ISLAM dan KEMUHAMADIYAHAN






  





Disusun Oleh :

Evi Suryaningrum, S.Pd.I (NIM. 23010042) 

Fitri Gusnita, S.Pd.I (NIM. 23010041)

Badriyatul Muniroh, S.Pd.I (NIM. 23010045)



Dosen Pengampu : Ust.Dr.Shofwan Karim Elhusein,MA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROVINSI SUMATERA BARAT

T/A 2023-2024 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang keperawatan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini .























DAFTAR ISI


1. Kata Pengantar

2. Daftar Isi

3. BAB I Pendahuluan

Latar Belakang

4. BAB II Pembahasan

A. Kemajuan peradaban Islam dalam berbagai Bidang

B. Sebab-sebab kemundarannya

C. Perlunya pemurnian dan pembaharuan

D. Tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia Islam

5. BAB III Penutupan

Kesimpulan

Daftar Pustaka




















BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang


Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.

            Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.

            Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik.Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.

            Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemajuan perabadan Islam dalam berbagai bidang

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

a. Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

b. Sains

IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

c. Fiqh

Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.

d. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

e. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.

a. Cordova

Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.

b. Granada

Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

3. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan

Faktor-faktor pendukung kemajuan dalam peradaban islam bisa di dapatkan dari berbagai elemen dan kemajuannya sangat ditentukan oleh Beberapa hal yang prinsipil, di antaranya:

Adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.

Kerja sama yang solid terjalin antara beberapa Negara sehingga bisa menimbulkan kerja sama yang baik  di berbagai bidang dan faktor.

Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976). [1]

Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.

B. SEBAB-SEBAB KEMUNDURANYA


Setelah peradaban Islam mencapai puncaknya, kemudian mengalami kemunduran- bagaikan rembulan yang telah menjadi purnama, maka malam-malam berikutnya cahayanya perlahan-lahan redup dan hilang ditelan keremangan malam yang pekat. Sedangkan sebab-sebab kehancuran dunia Islam itu antara lain;

A.      Menurunnya Kreativitas Keilmuan Umat Islam

Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam al-Qur’an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di dunia Islam zaman klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syria) dan Bactra (Persia). Di sana memang telah berkembang pemikiran rasional Yunani. [2]

Pertemuan Islam dan peradaban Yunani pada masa awal Islam- melahirkan pemikiran rasional di kalangan ulama Islam zaman klasik. Tapi, perlu ditegaskan di sini bahwa ada perbedaan antara pemikiran rasional Yunani dan pemikiran rasional Islam zaman klasik. Di Yunani tidak dikenal agama Samawi, maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama, tumbuh, dan berkembang. Sementara pada masa Islam klasik pemikiran rasional ulama terikat pada ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits.[3]

B.     Kesatuan Integral; antara Agama dan Negara dalam Islam

Islam tidak memisahkan antara agama dan negara. Sebagaimana al-Qur’an membicarakan tentang Allah dan keesaannya, surga dan neraka, pahala dan dosa, juga menetapkan puasa dan shalat, serta menganjurkan umat Islam untuk berakhlak mulia. Ajaran Islam juga mensyariatkan tentang undang-undang jual beli, ijarah, hudud, hukum waris, masalah peperangan, problem solving rumah tangga, dan lain-lain.[4]

Ketidakterpisahan itu, tergambar jelas pada keseharian Rasulullah, selain menjadi pemimpin umat, beliau juga memimpin pasukan, membuat perjanjian, melakukan pengiriman delegasi-delegasi negaranya ke wilayah lain. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah sesudah beliau.[5]

C.     Islam Agama yang Sesuai dalam setiap Zaman dan Tempat

Dalam ajaran Islam ada adagium yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang selalu sesuai dalam setiap zaman dan tempat. Tetapi dalam prakteknya ada yang beranggapan- bahwa ajaran Islam itu tidak mungkin di praktekkan umat Islam selalu sesuai dengan zaman dan tempat di mana mereka hidup.

Padahal, sebagaimana yang dikemukakan ulama, bahwasanya ajaran tauhid dan akhlak yang baik adalah mutlak- dan tentu termasuk keberadaan akal yang sehat- karena sangat berguna bagi umat manusia. Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang diperuntukkan bagi kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.[6] 

Oleh karena itu, Islam sangat menghargai posisi akal dan mengajak umat manusia untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti yang disinyalir Allah Swt, dalam al-Qur’an Surat, Yasiin [36]: 68, sebagai berikut;

وَمَن نُّعَمِّرۡهُ نُنَكِّسۡهُ فِي ٱلۡخَلۡقِۚ أَفَلَا يَعۡقِلُونَ  ٦٨

Artinya:

Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yasiin [36]: 68)


Al-Qura’an Surah, Arrum [30]: 28, sebagai berikut;


ضَرَبَ لَكُم مَّثَلٗا مِّنۡ أَنفُسِكُمۡۖ هَل لَّكُم مِّن مَّا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُم مِّن شُرَكَآءَ فِي مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ فَأَنتُمۡ فِيهِ سَوَآءٞ تَخَافُونَهُمۡ كَخِيفَتِكُمۡ أَنفُسَكُمۡۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ  ٢٨

Artinya:

 Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. (QS. Arrum [30]: 28).

       Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya- bahwa ajaran Islam diturunkan ke muka bumi untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Hal itu ditandai dengan pembahasan ajaran Islam yang menyentuh seluruh ranah aspek kemanusiaan umat manusia. Diantaranya membahas hal-hal yang berkenaan dengan spiritual, civilization, konsep ketuhanan, kredo tentang surga, neraka, dan hari kebangkitan. Dalam urusan muamalah, misalnya membahas tentang jual beli, penggadaian, problem solving rumah tangga, harta warisan, dan lain-lain.[7]


D.      Hancurnya ketahanan moral umat Islam

Hancurnya ketahanan moral umat Islam, lebih disebabkan- karena umat Islam dihinggapi “penyakit” wahn (hubbundunya wa karahiyatul mauwt). Umat Islam dilanda sikap hidup berfoya-foya, korup, dan tidak dekat lagi dengan kehidupan para mustadh’afin dan nasib yang menimpa para dhu’afa. Ibnu khaldun mengemukakan, “Kemewahan itu merupakan pertanda bahwa peradaban suatu bangsa yang dibangun akan mengalami kehancuran.[8]  

E.       Berkembangnya Sikap hidup Fatalistis

Berkembangnya sikap hidup fatalis umat Islam- yang bergantung dan mengembalikan segala keuntungan dan penderitaan kepada Tuhan. Sikap hidup yang fatalis ini ditandai dengan tidak lagi percaya kepada kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem keagamaan dan kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkan diri kepada Tuhan` 

F.        Sikap Hidup Umat Islam yang kurang Toleran

Sikap-sikap tidak toleran dan fanatik kepada madzhab atau golongan sendiri itulah yang menyebabkan umat Islam mundur. Tidak saja karena sikap-sikap itu menyedot energi masyarakat, tapi juga memalingkan perhatian orang dari hal-hal yang lebih mendasar dan menentukan perkembangan dan kemajuan peradaban. Syeikh Muhammad Rasyid Ridla, seorang tokoh pemikir Islam Zaman Modern dari Mesir (murid dan teman Syeikh Muhammad ‘Abduh), dalam mukaddimahnya untuk penerbitan kitab al-Mughni (oleh Ibn Qudamah) menggambarkan sikap-sikap tidak toleran.

G.      Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah

Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan Mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M., ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali. Sekitar 800. 000 penduduk Baghdad dibunuh. Perpustakaan dihancurkan, ribuan rumah penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat Islam kehilangan lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga nilainya. [9]

H.      Dikuasainya Sektor Perekonomian oleh Eropa

Eropa yang telah menemukan kebangkitan intelektual, mulai meninggalkan umat Islam. Bangkitnya rasionalisme dan intelektual telah menuntun orang-orang Eropa menemukan sumber-sumber kekayaan di luar Eropa, seperti Amerika, Australia, dan Timur Jauh.[10] Penemuan Tanjung Harapan pada abad ke-15 M, oleh pelaut-pelaut Eropa Barat sangat memukul prekonomian Islam. Jalur perdagangan Timur Jauh dan Barat yang dahulu dikuasai oleh Islam karena harus melewati jalur darat milik Islam, berpindah melalui jalur laut melalui Tanjung Harapan sehingga negara-negara Barat dapat menggantikan kedudukan Islam sebagai penguasa perdagangan jalur Barat.

Ekonomi yang meningkat dan pemikiran rasional yang berkembang baik membawa Eropa ke zaman modern yang ditandai dengan kemajuan dalam pemikiran dan sains serta teknologi. Setelah lama Eropa tak mempunyai adikuasa, mulailah muncul di sana pada abad kedelapan belas M. Dua adikuasa yaitu, Inggris dan Perancis.

Ketiga adikuasa Islam, Kerajaan Turki ‘Ustsmani, Safawi, dan Mughal kini menghadapi saingan. Sementara  itu, pemikiran rasional dan orientasi dunia, yang telah hilang dari dunia Islam- digantikan dengan pemikiran tradisional dan orientasi akhirat- tidak bisa mengembangkan sains dan teknologi. Di Eropa berkembang dengan cepat sains dan teknologi.

I.       Sunnatullah

Sungguh, keadaan umat Islam yang jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain memang sangat memilukan. Namun barangkali tida perlu disesali sedemikian rupa sehingga kita kehilangan kemampuan melihat ke depan dengan penuh harapan. Kemunduran dunia Islam dapat dilihat sebagai wujud operasi Sunnatullah. Salah satu unsur penting hukum itu ialah adanya prinsip perputaran (mudawalah). Yaitu, prinsip bahwa nasib umat manusia, tinggi dan rendah, terjadi secara berputar dan bergilir antara mereka, sehingga suatu bangsa atau umat adakalanya berada di atas (menang, unggul, maju, dll.) dan juga adakalanya di bawah (kalah, merosot, terbelakang, dll.) [11]


C. PERLUNYA PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN

Salah satu imbas positif dari peristiwa pengeboman gedung WTC (9/11) adalah munculnya wacana tentang Reformasi atau Pembaruan Islam. Wacana ini sesungguhnya bukanlah baru, karena para sarjana sudah sejak lama mendiskusikannya. Yang baru adalah bahwa wacana ini kini dibicarakan secara luas, tak hanya oleh kalangan akademis saja, tapi juga oleh media massa, politisi, dan para pengambil keputusan di negara-negara Barat. Thomas L. Friedman, kolumnis terkenal asal Amerika, misalnya, menulis sebuah artikel menarik di New York Times, berjudul “An Islamic Reformation” (4/12/02). Menurutnya, Pembaruan Islam adalah sebuah keharusan bagi kaum Muslim sekarang ini, karena perang terhadap terorisme dan radikalisme akan percuma tanpa diikuti perbaikan dari dalam kaum Muslim sendiri. [12] 

Pokok-pokok di bawah ini mendasari di adakanya pemurnian dan pembaharuan di dalam dunia islam, di antaranya: 

Ketika agama hanya menghadirkan aspek yang tetap, abadi, tidak bisa berubah maka yang terjadi ketidakmampuan agama mempertahankan diri menghadapi zaman. 

Sebaliknya, jika aspek-aspek yang tetap, abadi dan tidak berubah atau tidak ada dalam agama, maka agama akan kehilangan otentitasnya sebagai pedoman hidup manusia.

Islam berdiri di tengah-tengah (wasatha). Islam mengandung ketetapan-ketetapan di satu sisi, dankeluwesan-keluwesan di sisi lain. Dengan sikap tersebut Islam bisa tetapeksis di tengah perubahan zaman tanpa kehilangan otentitasnya sebagai agama ilahiah.

 

D. PARA TOKOH PEMBAHARUAN DALAM DUNIA ISLAM.


1.  Ibnu Taimiyah

Dalam tulisannya yang berjudul “Muhammadiyah dan Matarantai Pembaruan Islam”, Haedar Nashir memaparkan bahwa jatuhnya Kota Baghdad ke tangan pasukan Mongol pada 1258 telah menimbulkan dua kecenderungan. Pertama, masuknya praktik-praktik kehidupandan keagamaan yang bersifat mistis dan kemudian mencemari akidah dan moral umat kala itu, yang banyak penyimpangan dari kemurnian Islam.

Kedua, kejatuhan politik Islam, sehingga umat Islam menjadi lemah. Akibat dari dua hal tersebut kemudian umat Islam menjadi krisis secara akidah, merosot secara moral, lemah secara politik, dan jumud secara pemikiran dan kondisi kehidupan.Gerakan pemurnian yang diusung Ibnu Taimiyah saat itu sejalan dengan pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal, yang menghidupkan ajaran salafiyah, tetapi sekaligus membuka pintu ijtihad.

Keras dalam ajaran akidah, tetapi terbuka pada ijtihad. Karenanya, dalam perkembangan berikutnya, gerakan pemurnian tersebut menjadi bersenyawa dengan spirit ijtihad dan berorientasi pada bagaimana membangkitkan kembali kemajuan umat Islam dari kemunduran dan kejumudan.

2.  Muhammad bin abdul wahhab

Pembaruan yang dipelopori Ibnu Taimiyah memperoleh dukungan kuat dan dilanjutkan oleh muridnya, Ibnu Qayyim al-Djauziah (1292-1350 M), terutama dengan tekanan pada pemurniannya. Bahkan, tiga abad setelah itu digelorakan kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1787 M) di jazirah Arabia dengan corak dan warna pemurnian yang lebih keras.

Munculnya gerakan Wahabiyah ini tidak terlepas dari kondisi umat Islam di wilayah jazirah Arab saat itu yang mengalami kemunduran di bidang akidah dengan maraknya berbagai praktik yang dianggap telah muncul sifat-sifat kemusyrikan, bidah, dan takhayul. Hal ini sebagai akibat dari semakin jauhnya spirit Islam dari sumbernya yang asli. Selain itu juga karena pengaruh dari praktik-praktik keagamaan lama yang bangkit kembali. Berbeda dengan para pendahulunya, Muhammad bin Abdul Wahhab lebih menekankan pada pemurnian yang lebih praktis dan cenderung keras.

3. Jamaluddin Al-Afghani

Pada periode selanjutnya, gerakan pembaruan atau kebangkitan Islam memperoleh sentuhan politik yang kuat dan meluas melalui tokoh pembaru lainnya, Jamaluddin Al- Afghani (1838-1797 M). Ia merupakan sosok pembaru yang memiliki karakter kuat dan dinamis. Al-Afghani hijrah dari satu negara ke negara lain, dan di setiap wilayah yang dikunjunginya selalu menimbulkan keguncangan politik. Antara lain di Afghanistan, India, Mesir, Turki, Makkah, Inggris, dan Prancis.

4. Muhammad Rasyid Ridla

Di Mesir, selain Muhammad Abduh muncul Muhammad Rasyid Ridla (1856-1935 M), murid dan kawan Abduh yang meneruskan gagasan-gagasannya. Perjumpaan dengan Al- Afghani dan Abduh, membuatnya menyerap pikiran-pikiran pembaruan.Tetapi, berbeda dengan Abduh, Ridla lebih terbatas dalam memberi ruang pada akal dan masih terikat kuat pada pemikiran Ibnu Hanbal, Ibnu Taimiyyah, dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Ridla tidak sebagaimana Abduh juga lebih terbatas dalam menerima pemikiran Barat, kendati mengakui pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana negeri- negeri Barat. Sikap lebih keras terhadap Barat tampak pada pemikiran Ridla.

BAB IV

 PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:

Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran. 

            Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir danberusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantaskejumudan. Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. 

B. SARAN

Adapaun saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca melalui makalah ini yaitu. sebagai berikut:

1. Pembaharuan Islam (tajdid) merupakan suatu keharusan karena ajaran Islam yang rahmatan lil al’alamin serta sebagai agama “pamungkas” menuntut adanya upaya rasionalisasi dan kontekstualisasi sesuai dengan semangat jaman. Hal itu karena pada hakikatnya pembaruan Islam merupakan ikhtiar melakukan rasionalisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam segala ranah kehidupan.

2. Keharusan bagi upaya tajdid setidaknya memiliki tiga landasan dasar yaitu landasan teologis, landasan normatif, dan landasan historis. Artinya bahwa gerakan tajdid dilaksanakan dengan dasar dan pijakan yang kuat.

3. Agar tajdid dalam Islam dapat terimplementasikan dan teraktualisasikan, maka ijtihad harus dijalankan karena tajdid dan ijtihad hakikatnya merupakan dua hal yang saling terkait.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam 

http///www.google.com. Gunawan’s Site, Gerakan Pembaharuan Islam

http://yayang08.wordpress.com/2009/02/17/al-islam-dan-kemuhammadiyahan


https://www.kompasiana.com/abid.deandalucian/5500336ea333118d7350fe9f/kemajuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia

https://an-nur.ac.id/faktor-faktor-mudahnya-islam-menaklukkan-spanyol/

https://alishlah.ac.id/faktor-kemunduran-peradaban-islam/

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Rifa%27ah_al-Tahtawi

https://www.gramedia.com/literasi/ir-soekarno/

https://www.detik.com/jateng/berita/d-6414129/profil-kh-ahmad-dahlan-sosok-pendiri-muhammadiyah

https://an-nur.ac.id/biografi-kh-m-hasyim-asyari/

https://wawasansejarah.com/sayyid-ahmad-khan/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziyah Sir Prof Dr H Azyumardi Azra, MA., M Phil., CBE Tokoh Cendekiawan dan Akademisi Muslim Dunia

Shofwan Karim, Pembicara dalam Pertemuan MDNG se Dunia